PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Pengertian Ilmu dan Ilmu pengetahuan menurut
beberapa ahli:
·
Mohammad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
·
Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan
sistematik, dan keempatnya serentak.
·
Karl Pearson
Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana.
·
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers
University
Ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam
satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
·
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran
Ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia.
Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia.
Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
·
Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia
Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam,
masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum,
yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
·
Communality, The Liang Gie 1991
Sekumpulan proposisi sistematis yang
terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang benar dengan ciri pokok yang
bersifat general, rational, objektif, mampu diuji kebenarannya (verifikasi
objektif), dan mampu menjadi milik umum .
http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengetahuan&fp=7e99b3a5df14a093
·
J. Haberer 1972
Suatu hasil aktivitas manusia yang merupakan
kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam masyarakat.
http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengetahuan&fp=7e99b3a5df14a093
·
J.D. Bernal 1977
Suatu pranata atau metode yang membentuk
keyakinan mengenai alam semesta dan manusia.
http://www.google.co.id/#hl=id&q=definisi+ilmu+pengetahuan&meta=&aq=f&oq=definisi+ilmu+pengetahuan&fp=7e99b3a5df14a093
·
E. Cantote 1977
Suatu hasil aktivitas manusia yang mempunyai
makna dan metode.1977 -1992
·
Cambridge-Dictionary 1995
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu dengan sistim, met ode
untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya.
Membicarakan masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak
semudah dengan yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu
pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu
pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan dengan mengadakan
penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang
satu dengan yang lainnya menjadi lebih diperhatikan.
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu
(Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama
sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang
fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh
Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
· Mohamad Hatta,
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
· Ralph Ross dan Ernest Van
Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik,
dan ke empatnya serentak.
· Karl Pearson, mengatakan
ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang
fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
· Ashley Montagu,
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang
berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.
· Harsojo menerangkan bahwa
ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan
atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat
oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara
menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
· Afanasyef, menyatakan ilmu
adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan
konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya
diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda
antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang
belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan
pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.
Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional
atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan
berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang
diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah
diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu
lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon
kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan.
Jika ilmu pengetahuan sejati berarti mengarahkan kecerdasan menuju kebahagian akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metoda yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal tersebut memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita. Meskipun biasanya dikemukakan sebagai pertikaian antara Kristen dan ilmu pengetahuan, pertikaian zaman Renaissance terutama adalah antara ilmuwan dan Gereja. Copernicus, Galileo, dan Bacon [dikemukakan sebagai] anti-agama. Kenyataannya, dapat kita katakan bahwa ketaatan mereka terhadap agama telah memunculkan cinta dan pemikiran untuk menemukan kebenaran.
Sebelum Kristen, Islam adalah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran agama yang memancar dari kebahagian akhirat, dan cinta serta semangat yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidakberdayaan di hadapan Pencipta Mahakekal, berada di balik kemajuan ilmiah besar selama 500-tahun yang tersaksikan di dunia Islam hingga akhir abad kedua belas. Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan Wahyu Ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam, dipersembahkan nyaris sempurna oleh tokoh-tokoh terkemuka zaman itu, yang tenggelam dalam pikiran tentang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta tanpa kenal lelah untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Ketaatan mereka kepada Wahyu Ilahi menyebabkan kecerdasan yang berasal dari Wahyu itu memancarkan cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengetahuan di dalam jiwa manusia.
Jika gagasan ilmu pengetahuan, yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, tidak pernah terkena serangan Mongol yang menghancurkan serta terpaan Perang Salib yang tak berbelas kasih dari Eropa, maka dunia hari ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih sehat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Saya katakan ini karena gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagian akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka meraih ridha Allah.
Cinta akan kebenaran mengarahkan penelitian ilmiah sejati. Ini berarti mendekati alam semesta tanpa pertimbangan keuntungan materi dan balasan duniawi, dan mengamati dan mengenalinya sebagaimana kenyataan sebenarnya. Sementara mereka yang dilengkapi dengan cinta seperti itu dapat mencapai tujuan akhir dari penelitian mereka, mereka yang terkena syahwat duniawi, cita-cita materi, prasangka ideologis, dan taklid buta terhadapnya, serta tidak mampu mengembangkan rasa cinta akan kebenaran apa pun, akan gagal, atau lebih buruk lagi, mengalihkan jalannya penelitian ilmiah dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata mematikan untuk digunakan melawan kemampuan terbaik umat manusia.
Tiada kegiatan intelektual yang muncul dari dan diarahkan oleh hasrat duniawi dan kepentingan pribadi yang dapat benar-benar mendatangkan hasil bermanfaat bagi kemanusiaan. Jika hasrat yang mengotori jiwa serta perilaku tidak tepat seperti itu digabungkan dengan fanatisme dan prasangka ideologis, hal ini pasti akan menempatkan rintangan tak teratasi di jalan menuju kebenaran dan menuju penggunaan hasil kajian ilmiah agar bermanfaat bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, cendekiawan, lembaga pendidikan, dan media massa harus bekerja untuk mengeluarkan penelitian ilmiah modern dari atmosfer yang tercemar mematikan akibat cita-cita materialistis dan fanatisme ideologis, dan mengarahkan ilmuwan menuju nilai-nilai kemanusiaan sejati. Langkah pertama adalah membebaskan pikiran dari takhayul dan fanatisme ideologis dan membersihkan jiwa dari keinginan mendapatkan balasan dan keuntungan duniawi. Ini juga adalah prasyarat pertama untuk memastikan kebebasan sejati dalam berpikir dan menghasilkan ilmu pengetahuan yang baik. Setelah memerangi "kependetaan" dan gagasan keliru yang dibangun atas nama agama, dan setelah menyalahkan mereka atas kemunduran, kepicikan, dan fanatisme, ilmuwan harus bekerja keras agar senantiasa bebas dari menjadi sasaran tuduhan serupa.
Tidak ada perbedaan antara penindasan intelektual dan ilmiah yang timbul dari hasrat kepentingan dan kekuasaan dengan fanatisme ideologis dan pemikiran sempit yang didasarkan pada gagasan agama yang keliru dan menyimpang serta dipegangnya kendali kekuasaan oleh kaum agamawan. Nama asli dari agama yang diturunkan Allah senantiasa adalah Islam, yang berarti kedamaian, keselamatan dan ketaatan kepada Allah. Hal ini benar, apakah itu diajarkan oleh Musa atau Isa, atau disampaikan oleh Muhammad. Islam mendakwahkan dan menyebarkan sopan santun, hormat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, cinta, toleransi, dan persaudaraan. Banyak ayat Al-Qur’an mendorong pengkajian alam semesta, yang dipandangnya sebagai tempat pameran karya-karya Ilahi. Selain itu, Al-Qur’an meminta orang merenungkan penciptaan dan ciptaan, dan menggunakannya secara bertanggungjawab, bukan dengan cara jahat dan merusak. Ketika mempelajarinya dengan pikiran terbuka, kita memahami bahwa Al-Qur'an menganjurkan mencintai ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, keadilan dan ketertiban. Pada tataran relatif lebih kecil berupa pemanfaatan ilmu pengetahuan dan hasil-hasilnya demi meraih kekuasaan dan cita-cita duniawi dengan menindas orang lemah, sebagian orang telah menggunakan Al-Qur'an untuk membenarkan kebencian dan permusuhan nurani gelap mereka. Sayangnya, di tangan orang-orang yang ingin menghabisi Islam, sikap tersebut telah digunakan untuk menggambarkan Islam sebagai agama kebencian, permusuhan, dan dendam.
Islam secara harfiah berarti perdamaian dan keselamatan. Nabi mengartikan Muslim sebagai seseorang yang dengannya orang lain merasa aman dan selamat akibat perbuatan tangan dan lidahnya; dan mukmin (orang beriman), berasal dari kata “amn” (keamanan dan keselamatan), sebagai seseorang yang meyakini dan memberikan jaminan keamanan, ketertiban, keadilan, cinta, dan pengetahuan. Melalui cahaya yang dipancarkan Islam, banyak orang telah membaktikan hidup mereka untuk kebahagiaan orang lain dengan mengorbankan kepentingan pribadi, dan banyak yang lainnya telah membulatkan diri membimbing umat manusia menuju kebahagiaan akhirat.
Didirikan di atas Al-Qur’an, Islam telah membangun ilmu pengetahuan dan pencariannya di atas landasan niat menemukan makna keberadaan alam semesta dalam rangka mencapai Sang Pencipta, dan untuk mendatangkan manfaat bagi kemanusiaan, bahkan bagi semua ciptaan, serta untuk menjiwainya dengan keimanan, cinta, dan sikap mementingkan kebaikan bagi orang lain. Inilah yang kita pelajari dari Al-Qur'an, kehidupan teladan Nabi, dan perilaku dari banyak sosok yang meneladaninya secara sempurna dalam hal pikiran dan tindakan. Yeseren Dusunceler, Izmir 1996, hal. 172-78[www.hidayatullah.com]
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia[1].
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya[2].
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(materiil saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia
jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia
yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Klasifikasi ilmu pengetahuan.
Contoh klasifikasi Ilmu
Pengetahuan yang sederhana yaitu:
1. Ilmu dasar (basic Science) misalnya biologi yang bertujuan mendalami teori dan isi alam yang hidup.
2. Ilmu terapan (Applied Sciences) yang bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisme dan teknologi pertanian.
1.Tujuan Ilmu - mencari kebenaran
ilmu tertentu secara ilmiah
2.
Sistem Ilmu
Sistem
= Bagian-bagian
atau elemen-elemen yang berfungsi saling
berkaitan/interrelated untuk mewujudkan fungsi organ/ institusi/ilmu secara menyeluruh:
Arti pengetahuan menurut para ahli –
Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga berkembang
maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita sendiri lalu berani
untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada kehidupan ini dari ilmu
pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar kita sudah belajar? Ataukah
kita sebenarnya dibelajarkan? Proses perjalanan waktu dan usia pada diri
manusia akan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang
kita peroleh dari kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari
sepenuhnya. Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap
sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang lain
dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan kesombongannya tidak
menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu sendiri. Akibat dari semua
ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan
Ngelmu. Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan,
sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan
satu sama lain, yang berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba
bersama menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang
dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa adanya
penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih pendapat atau
persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran dan sikap yang sama
bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan kerendahan hati kita siap
menerima untuk dibelajarkan yang asalnya adalah dari diri kita sendiri. Jika
ada penolakan berarti menolak diri kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita
menerima diri kita sendiri. Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya.
Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita
melihat adanya perubahan yang mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu
mencari indentitas dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk
memperoleh apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara
memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam ciri
dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung sejauh mana
pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian
tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa
kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa
pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa
* mengerti karena merasa
B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan
pernyataan adalah karya pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian
tentang setiap hal yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan
hasil dari tahu , maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi
menjadi 2 macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari
penerapan indera. Semua ilmu pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada
jalan untuk mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan
otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta
atau nyata yaitu pengertian nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu
pengetahuan abstrak yaitu pengertian rohani. Pengertian nyata tentang
hukum-hukum alam dapat menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang
bulan, bintang, matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian
rohani tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia
ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia ketuhanan
adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya Hidup”. Mengapa kita
katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya ilmu pengetahuan abstrak
sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa
bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita yang berusaha untuk
menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani
berasal dari pemikiran dan semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang
sifatnya mati, karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru
dan buku. Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita
mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup. Dalam
mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan pengertian
yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan merupakan fakta nyata
yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi. Dengan cara berpikir demikian
dapat membawa kita maju dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam
mempergunakan pengertian mati untuk mempelajari daya hidup yang tanpa wujud
kita tidak menemukan fakta nyata lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan
dan pemikiran. Tiap kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira,
dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani terhadap
daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja, kita tidak bisa
mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa buku. Jika kita melihat
ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak dari percaya akan adanya
Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya Tuhan itu tidak ada, maka ilmu
pengetahuan dengan sendirinya tidak ada juga. Maka untuk mempelajari ilmu
pengetahuan tentang ketuhanan kita tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan
itu ada. Misalkan seorang atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan
ketuhanan karena ilmu pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya
berproses dari panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian
hasil dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita
sebut “Ilmu Pengetahuan“ agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir
tentang arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa
jawa, Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan
otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu tadi maka
kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan Ngelmu atau bisa
diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh panca indera kita.
Marilah kita persiapkan diri kita untuk “dibelajarkan” tentang proses dari apa
yang disebut Ngelmu itu. Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang
disebut “Daya hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu
pengetahuan tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan
pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap dibiarkan
hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi guru dan buku
yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang
bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau dapat menghidupi kita dengan
pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan
sikap kita untuk “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari
daya hidup. Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada
istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang yang
menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu sendiri
berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan tanggung jawab apa
yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil dari ngelmu itu. Apakah
manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang dipakainya menghasilkan suatu
daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa
mengerti terlebih dahulu? kembali lagi pada diri manusianya.
Untuk lebih jelasnya ngelmu adalah cara untuk
mendalami pengetahuan tentang daya hidup. Karena daya hidup akan bekerja sesuai
dengan fungsinya yang disebut daya kerja yang dihidupkan oleh manusia sendiri.
Sumber asalnya dari daya hidup di dalam diri manusia. Ngelmu dibedakan dalam 3
macam menurut daya kerja yang dipakai, yaitu :
- Mengikuti daya kerja : Setan atau roh.
Tujuan : Kepuasan hidup semata.
Umpama : Tenung, Santet, prewangan dll.
- Mengikuti daya kerja : Sukma manusia
Tujuan : Keutamaan hidup.
Umpama : Pencak silat, Sedulur papat lima
pancer dll.
- Mengikuti daya kerja : Daya asal.
Tujuan : Kesempurnaan jiwa.
Umpama : – Ilmu kesukmaan
: – Ilmu kamoksaan.
Maka disini kita akan ikuti adalah daya kerja
yang bersumber dari daya asal serta tujuannya adalah kesempurnaan jiwa. Seperti
seorang anak yang ingin mengerti ilmu pasti, tidak bisa seketika belajar
aljabar atau ilmu ukur, tetapi harus mulai dengan sendi hitungan. Demikian pula
pandangan rohani kita dalam hidup berngelmu. Pengertian rohani mengada dalam
diri kita karena terbukanya hati tehadap kekekalan. Pengertian ini kita terima
bertahap sesuai dengan hidup berngelmu yang kita tekadkan. Tidak ada insan yang
mampu menerima pengertian tentang kekekalan dengan sekaligus. Karena kemampuan
berpikir dan kemampuan merasa manusia itu ada batasnya.
Manusia itu pada dasarnya tidak bisa memikirkan
tentang sesuatu yang di dunia ini tidak ada. Maka dengan sendirinya hidup
berngelmu tidak akan mempunyai pengertian tentang soal rohani kalau belum di
beri karunia pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan
buku. Selama kita masih menghayati hidup berngelmu maka kita berarti masih ada
dalam sendi hitungan rohani. Umpama sebatang pohon tidak akan langsung menjadi
besar dan menghasilkan buah, karena segala sesuatu minta waktu untuk
pertumbuhannya. Begitu juga dengan manusia yang minta waktu sesuai dengan
kedewasaan pikirnya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka sebagian besar
dari pengertian rohani yang kita dapatkan tidak berasal dari pemikiran kita
tapi dari daya hidup itu sendiri. Karenanya pengertian yang diperoleh dari
hidup berngelmu datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha pemikiran tidak
dinamakan pengertian rohani tapi terang rohani.
Terang rohani berasal dari daya hidup, bukan
dari pikiran manusia. Terang rohani ialah pengertian hidup, pengertian yang
mampu membimbing semua peminatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ilmu
pengetahuan didapat pengertian rohani yang sifatnya mati sedangkan dari ngelmu
didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Karena terang rohani itu hidup,
artinya dengan sendirinya akan tumbuh sesuai dengan tekad hidup kita. Untuk
mempelajari daya hidup dengan berngelmu kita tidak perlu banyak membaca,
mencari pelajaran atau mengadakan diskusi dll, karena daya hidup yang kita
ikuti daya kerjaNya ialah tuntunan kita, pelajaran kita, nasehat kita dll.
Didalam hidup berngelmu daya hidup yang diikuti daya kerjaNya tidak dimatikan,
supaya senantiasa menjadi pengganti guru dan buku yang selama ini kita
pelajari, contohnya buku filsafat atau buku tentang pengalaman rohani orang
lain. Ngelmu kesempurnaan berpijak dari kenyataan adanya daya gaib didalam
kehidupan yang gumelar, tanpa adanya daya gaib ini, maka ngelmu kasempurnaan
tidak akan ada. Seorang yang atheis bisa mempelajari ilmu ketuhanan melalui
pengetahuan atau kawruh tapi dia tidak bisa mempelajari dengan ngelmu, karena
kita akan mengikuti daya kerjaNya. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat
dicapai dengan kecerdasan otak, tetapi dengan penyerahan diri total.
Dasar dari ilmu pengetahuan atau kawruh dan
ngelmu adalah sama yaitu :
- kebutuhan manusiawi
- keinginan untuk tahu
Sedangkan perbedaannya adalah :
- demi pengetahuan
- demi perlunya
Tetapi dengan berngelmu kita cuma bisa
bertujuan demi perlunya. Ilmu filsafat tidak sama dengan ngelmu. Filsafat
adalah pikiran yang mendalam tentang jiwa. Ilmu jiwa dan filsafat merup akan
pengeterapan indera digolongkan dalam kawruh.
Dan menurut saya sendiri definisi dari ilmu pengetahuan adalah
suatu pemikiran alami yang dimiliki oleh makhluk hidup,sehingga menciptakan
sesuatu yang menjelaskan atau memberitahu tentang sesuatu yang belum dapat
dijelaskan menjadi jelas dan dapat diketahui. Tentu saja ilmu pengetahuan dapat
diperoleh dari mana saja, dan ilmu pengetahuan itu tidak terbatas, setiap hari
bahkan mungkin setiap jam pasti aka nada ilmu-ilmu baru yang ditemukan oleh
manusia. Dan pusat dari ilmu pengetahuan bukan terdapat pada otak
manusia,melainkan dari mana saja ilmu pengetahuan dapat dicari. Otak manusia
hanyalah sebuah mesin untuk memproses data-data yang akan diolah guna dapat
membuat data-data tersebut menjadi ilmu pengetahuan.
Referensi :
·
Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar